Senin, 31 Oktober 2011

Mahasiswa Tegal demo kutuk Israel


Ratusan Mahasiswa Tegal Demo Kutuk Israel


Siwi Nurbiajanti | Jumat, 2 Januari 2009 | 20:15 WIB

TEGAL, JUMAT - Ratusan mahasiswa dan sejumlah organisasi Islam di Kota Tegal yang tergabung dalam Aliansi untuk Pembelaan Palestina, berunjuk rasa di Alun-alun Kota Tegal, Jumat (2/1) siang. Mereka mengutuk tindakan Israel menyerang Palestina, dan menggalang dana untuk membantu masyarakat Palestina.

Unjuk rasa juga diikuti oleh ibu-ibu, bersama dengan anak-anak mereka. Meskipun terik matahari menyengat kepala, mereka terus berteriak menyuarakan dukungan kepada Palestina. Usai berorasi, para peserta berjalan kaki sekitar dua kilometer, hingga gedung DPRD Kota Tegal.

Koordinator unjuk rasa, Bambang Purwanto mengatakan, serangan Israel ke Jalur Gaza telah menimbulkan ratusan korban jiwa. Korban tidak hanya berasal dari kaum laki-laki, tetapi juga perempuan dan anak-anak.

Menurut dia, serangan Israel bukan merupakan perang, tetapi pembantaian dan penjajahan yang nyata. Indonesia secara tegas menyatakan dalam konstitusinya menyatakan bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus berada di garda depan untuk menuntaskan penjajahan Israel atas Palestina.

Dalam unjuk rasa tersebut, mereka menyampaikan tujuh pernyataan sikap. Pertama, para peserta mendukung Pemerintah RI yang telah memberikan bantuan kemanusiaan dan meminta Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi tentang penghentian agresi militer Israel ke Jalur Gaza.

Distribusi Bantuan

Mereka juga meminta DPR mengawasi distribusi bantuan ke Palestina, menuntut pemerintah RI dan negara-negara merdeka lainnya untuk menggalang kekuatan regional dan internasional untuk menekan Israel, menuntut PBB sebagai perwakilan bangsa di dunia bersikap adil, menuntut Mahkamah Internasional menyeret dan mengadili pihak yang bertanggung jawab terhadap serangan, mengimbau masyarakat Indonesia untuk mengupayakan bantuan maksimal kepada rakyat Palestina, serta mengimbau seluruh ulama untuk menyosialisasikan wajibnya bersolidaritas terhadap bangsa Palestina.

Bambang mengatakan, Aliansi untuk Pembelaan Palestina juga menggalang dana untuk disalurkan kepada masyarakat Palestina. "Penggalangan dana dilaksanakan selama dua hari, di jalan-jalan dan di posko. Dana yang terkumpul akan ditransfer ke Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina," ujarnya.

Menurut dia, unjuk rasa hari itu merupakan wujud kepedulian dan dukungan moril terhadap masyarakat Palestina. "Kami memang belum mengirimkan relawan, ini masih aksi moril," katanya.

Read More..

Seminar Nasional Kesehatan


Pemerintah Diminta Awasi Jampersal


Sunday, 05 June 2011

PROGRAM Jaminan Persalinan (Jampersal) yang didanai negara sebesar Rp 1,2 Triliyun, harus dilaksanakan oleh kalangan rumah sakit, Puskesmas, maupun bidan desa. Hal ini sesuai dengan surat edaran Menteri Kesehatan, dan pemerintah harus mengawasi program tersebut.

Hal tersebut diungkapkan Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Tegal, Amirudin SPdI, sebelum seminar nasional yang dilaksanakan oleh KAMII dan BEM Akbid Siti Fatimah di Pendopo Pemkab Tegal, Minggu (29/5). “Kami dari KAMMI dan BEM Akbid Siti fatimah menuntut agar pemerintah selalu mengawasi pelaksanaan program Jampersal ini,” katanya. Untuk menghindari penyelewengan ataupun pelanggaran, pemerintah diminta selalu mengawasi program tersebut. Terutama dengan menindak tegas rumah sakit atau Puskesmas yang tidak melaksanakan ataupun melakukan penyelewengan program Jampersal.

Dia juga mengatakan, program tersebut semestinya sudah mulai diterapkan sejak Februari lalu. Namun hingga kini, masih dijumpai rumah sakit atau bidan desa yang belum mengetahui tentang adanya program tersebut. "Sebagian masyarakat juga masih banyak yang belum mengetahui adanya program tersebut. Karena itu, kami meminta upaya sosialisasi kepada masyarakat agar terus dilakukan," imbuhnya.

Sementara, Ketua BEM Akbid Siti Fatimah, Sakinah, menambahkan, Jampersal sebenarnya bukan merupakan solusi pembiayaan kesehatan. Hal itu sebagaimana diatur dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), dimana mekanismenya berbentuk asuransi.

"Jampersal pada hakekatnya adalah bantuan kesehatan tunai yang bukan berbentuk asuransi. Hal tersebut tidak sesuai dengan sistem jaminan sosial nasional sebagaimana diatur undang-undang," paparnya.

Sakinah menyebutkan, sebagai bentuk edukasi kepada masyarakat tentang Jampersal, maka KAMMI dan Akbid Siti Fatimah menggelar seminar nasional. Seminar dihadiri oleh narasumber dari IBI Kabupaten Tegal, Dirjen Gizi dan KIA Kementerian Kesehatan RI dan Dinkes Kabupaten Tegal. (fat)

Read More..

Diskusi Publik KPK

KPK Terima 40 Ribu Laporan Korupsi Berbagai Daerah di Indonesia


KPK terima plakat anti deklarasi anti korupsi dari KAMMI tegal.(Ft:Teguh/kl)

28 Nopember 2010 / 18:46

Koranlokal.com, ( Slawi)- Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia ( KAMMI) Tegal menggelar diskusi publik dengan tema ” mewujudkan Anggaran Publik yang Pro Rakyat” Minggu (28/11) di gedung Rakyat Slawi.

Ketua panitia kegaiatan Amirudin mengatakan, dalam dialog publik tersebut rencananya akan mendatangkan sejumlah tokoh masyarakat, seperti ketua DPRD Kabupaten Tegal Rojikin AH SE, Drs Haron Bagas Prakosa ( Kepala Bappeda) , anggota Komisi X DPR RI Rohmani, Mereka nantinya yang akan berdiaolog pada sesi pertama,” katanya

Sedangkan tokoh lainya, seperti anggota Komisi Pemberantas Korupsi ( KPK ) Yudi Purnomo, Syamsudin , MH ( Kejari Slawi), Drs Soekardjo ( Tokoh Tegal). Amirudin mengatakan kegaiatan akan ditutup dengan deklarasi Tegal Bersih.

Pemerintahan di daerah menjadi ladang korupsi baru. Tak tanggung-tanggung, dalam rentang tahun 2004-2010, Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK menerima 55.000. laporan masyarakat soal korupsi via sms dan surat.

Demikian kata anggota divisi penanganan korupsi KPK ,Yudi Purnomo kepada koranlokal.com. Menurutnya, namun tidak semua kasus korupsi ditangani KPK, namun penanganan kasus korupsi yang menjadi kewenangan lembaga yang menjebloskan Bupati Brebes ke penjara ini hanyalah yang terkait penyelenggara negara. ” Yang lainnya kita koordinasikan dengan lembaga penegak hukum yang lain seperti Kepolisian dan Kejaksaan,” jelasnya

Ketika disinggung mengenai pengusutan beberapa kasus di Brebes, Yudi mengatakan, hal tersebut terus dijalankan, termasuk penyelidikan dugaan korupsi di Pemerintah kabupaten Brebes. Ia mengatakan, bagi KPK, diperlukan dua alat bukti awal untuk terus melakukan penyelidikan. ” Bagi kita tidak ada kata SP3 (Surat Penghentian Penyidikan Perkara). Kalau tidak cukup bukti, kita simpan, hingga nantinya kita temukan bukti yang baru lagi, namun yang jelas ini bukan wewenang saya,” jelasnya.(Tgh_Mak/kl)

KAMMI Gelar Dialog Anggaran Pro Rakyat

28 Nopember 2010 / 10:03

KPK: Jangan Lihat Kerugian APBD Tapi Potensi Kerugian Alam

Slawi Pelita
Menyikapi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Tegal. Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Tegal menggelar diskusi regional anggaran publik dengan mengangkat tema mewujudkan anggaran publik yang pro rakyat.

Dalam kegiatan diskusi kali ini yang dilaksanakan oleh KAMMI Tegal bertempat di gedung Rakyat Kabupaten Tegal Minggu (28/11), dengan menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai elemen seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang diwakili oleh Yudi Purnomo SH, Deputi Bidang Pencegahan KPK, Rohmani MA Anggota DPR RI Komisi X dan DPRD Kabupaten Tegal serta Kejaksaan Negeri Slawi, Bappeda dan tokoh masyarakat.

Dikatakan Yudi Purnomo, faktor penyebab terjadinya praktik-praktik korupsi penggunaan dana milik negara untuk kepentingan pribadi ataupun golongan khususnya yang terjadi di daerah dikarenakan, adanya paradigma APBD adalah uang mereka (Pejabat-Red) dan mereka menggunakan dana tersebut tanpa melihat prosedur dan aturan yang resmi. Padahal uang tersebut adalah uang rakyat yang seharusnya digunakan untuk kepentingan rakyat.

Dalam pengelolaan penggunaaan APBD banyak pejabat mempunyai paradigma merasa memiliki uang tersebut dan mereka tidak menyadari bahwa sebenarnya uang tersebut adalah uang rakyat jelasnya.

Selain itu, pola-pola korupsi yang terjadi di daerah banyak dilakukan oleh kalangan pejabat tingkat atas atau biasa sering disebut top manager seperti, Gubernur, Bupati/Walikota dan pejabat menengah serta pejabat kelas bawah.

Modus korupsi yang terjadi di daerah dan hal ini sering menjadi temuan oleh KPK yaitu pengadaan barang dan jasa, pungli seperti penerimaan pegawai, pembayaran gajih, uang lauk pauk pegawai, proyek fiktif, bantuan fiktif dan pengurangan dana proyek dan lain lain tambah Yudi dalam kegiatan tersebut.

Menurutnya, temuan korupsi di daerah tidak semuanya dapat ditangani oleh KPK karena adanya aturan dan Undang-Undang yang membatasinya namun demikian masih katanya, bila mana ada kerugian dalam APBD hal ini masih dapat dihitung akan tetapi lebih dicermati lagi yaitu masih ada hal-hal korupsi yang tak bisa dihitung nominalnya seperti potensi kerusakan alam, penambangan, alih fungsi hutan lindung dan sebagainya.


Adanya faktor penyebab korupsi di daerah karena kost politik yang sangat mahal banyak pejabat yang menginginkan naik jabatan juga menjadi lahan untuk menjadikan paraktek korupsi terjadi. (ck-112)

Read More..

Muktamar KAMMI VII


Muktamar VII KAMMI di Aceh telah dimuka secara resmi oleh Menpora RI. Puluhan perwakilan KAMMI Daerah dan Wilayah se-Indonesia akan terlibat dalam syuro untuk menentukan masa depan KAMMI. Letak Strategis momentum ini adalah pada posisinya untuk menentukan masa depan KAMMI selama 2 tahun ke depan.


Belajar dari Sejarah

Dalam 13 tahun perjalanan KAMMI, setidaknya ada tiga fase sejarah yang menandai perjalanan politik-intelektual gerakan mahasiswa besar ini. Pertama, era gerakan aksi, di mana KAMMI –dalam matan kelahirannya— mentanfidzkan diri sebagai gerakan oposisi terhadap rezim otoriter.

KAMMI menggabungkan dua variabel penting: “mesjid” sebagai arena pembinaan spiritual, dan “kampus” sebagai arena pembinaan intelektual. Perpaduan dua variabel ini, ketika maju sebagai medium transformasi sosial, menjadi kekuatan yang diperhitungkan dalam sejarah bangsa Indonesia.

Kedua, ra penataan gerakan. Pada titik ini, gerakan aksi bertransformasi menjadi organisasi masyarakat. Artinya, KAMMI melembagakan diri sebagai entitas yang tak terlepas dari masyarakat Indonesia pada umumnya. Gerakan mulai ditata untuk menjadi gerakan sosial yang mampu berdialektika dengan elemen masyarakat lain. Kendati, terjadi dinamika pergantian kepemimpinan di tengah jalan sebagai simbol transisi.

Ketiga, era gerakan sosial-politik berbas kader. Setelah terlembaga, KAMMI hadir sebagai sebuah kekuatan ekstraparlemen yang melakukan aksi-aksi strategis secara kelembagaan. Demonstrasi menjadi salah satu pilar utama, di samping aktivitas perkaderan yang semakin giat dilakukan.

Ciri khas harakatut-tajnid(organisasi perkaderan) yang bersinergi dengan harakatul-‘amal (organisasi pergerakan) menjadi lambang gerakan ini. Hingga saat ini, dengan pelbagai serba-serbi dan dinamika yang melingkupinya, KAMMI eksis sebagai sebuah gerakan mahasiswa

Namun, ternyata ada satu masalah yang mencuat di KAMMI: problem independensi politik. Pasca-Muktamar Luar Biasa KAMMI tahun 2009 lalu, hal ini memang cukup problematis. Pasalnya, argumen "tidak independen" sempat dijadikan alasan untuk menurunkan Ketua Umum KAMMI yang -pada faktanya- tidak bersesuaian dengan keputusan politik sebuah partai.

Paradigma KAMMI keempat menyatakan bahwa KAMMI adalah Gerakan Politik ekstraparlementer. Akan tetapi, posisi dan kehadirannya yang tak terlepas dari sebuah kekuatan politik yang digiatkan oleh para alumninya menyebabkan KAMMI harus berada dalam posisi dilematis. Mengapa problem ini bisa terjadi?

Ghosob Politik

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada dua hipotesis. Pertama,krisis konsepsional-metodologi gerakan. KAMMI, yang selama ini men-tanfidz-kan dirinya sebagai gerakan kader, cenderung menjadi gerakan massa yang lebih mengandalkan figur, bukan sistem. Akibatnya, sikap gerakan sering menjadi ijtihad elit perseorangan dan bukan wacana kolektif. Padahal, mekanisme syura yang kolektif-egaliter diatur dalam konstitusi.

Secara internal, sebenarnya bentukan ideologi dan konsepsi gerakan KAMMI sudah cukup paripurna. Prinsip, paradigma, karakter, dan beberapa hal lain sebetulnya sudah dimiliki oleh KAMMI.

Problemnya, metodologi gerakan seringkali menjadi absurd karena KAMMI tidak berpijak pada nilai yang secara legal-formal ada pada dirinya, tetapi justru mengambil metodologi gerakan lain yang sering dikira sebagai “Bapak Angkat” –meminjam istilah Sudaryono Achmad.

Kader KAMMI banyak yang menyamakan KAMMI dengan gerakan dakwah lain yang kini menjelma menjadi partai politik, walaupun sebenarnya dua entitas itu berbeda wilayah operasional. Penyebabnya entah karena tidak percaya diri atau karena ada tekanan dari pihak lain. Ini menjadi persoalan yang cukup serius dalam diri KAMMI.

Kedua, adanya ghoshob politik dan klaim-klaim eksternal. Disadari atau tidak, KAMMI sering menjadi alat politik orang-seorang atau kekuatan politik yang sebenarnya berada di luar KAMMI. Baik itu alumni atau justru mereka yang dekat dengan KAMMI.

Contoh sepele, adanya empat kali pergantian ketua umum di tengah jalan menunjukkan bahwa dinamika kepemimpinan KAMMI ada yang meng-ghoshob dari luar, dengan menanamkan kepentingannya dengan menjungkalkan ketua umum yang dipilih kader KAMMI secara sah. Atau, patronase elit dengan model-model yang kurang demokratis.

Ghoshob politik bisa disebabkan oleh ketidakpiawaian KAMMI bermanuver secara politik hingga terjebak pada pragmatisme persaingan elit, dan bisa juga disebabkan oleh krisis konsepsional-metodologis di atas. Ghoshob rawan terjadi ketika kader KAMMI tidak kritis dalam memandang persoalan yang ada.

Sehingga, menjadi tak mengherankan jika Yudi Latif sampai ber-statement bahwa KAMMI akan turun ke jalan jika eksistensi partai pendukung koalisi digoyang oleh Presiden (Rakyat Merdeka, 4/3). Artinya, banyak yang menganggap KAMMI di-ghoshob kepentingan elit tertentu, padahal kerangka normatifnya tidak demikian.

Ghoshob politik, atau dijadikannya KAMMI sebagai alat politik golongan tertentu, bukan hanya akan mengorbankan pijakan nilai yang ada dalam KAMMI, tetapi juga mengerdilkan peran gerakan. Tentu ini harus dibersihkan dengan menegaskan daulat KAMMI: bahwa KAMMI berpatron pada ideologi dan konstitusi, bukan pada yang lain.

Kedaulatan KAMMI

Maka dari itu, Muktamar KAMMI di Aceh tidak hanya melakukan regenerasi atas kepemimpinan KAMMI, tetapi juga menegaskan kedaulatan KAMMI atas dirinya sendiri. Daulat KAMMI berarti penghargaan atas konstitusi dan sistem gerakan, dan membuang anasir-anasir gerakan yang ingin meng-ghoshob gerakan KAMMI dengan kepentingannya.

Akhir bulan Maret ini, KAMMI akan menginjak usianya yang ketiga belas. Jika dianalogikan dalam kehidupan manusia, usia tersebut berarti KAMMI telah beranjak pada usia “remaja”. Jika dalam usia ini KAMMI tidak segera mempersiapkan diri untuk menghadapi akil baligh, KAMMI akan gagal sebagai gerakan mahasiswa yang berpihak utuh pada rakyat.

Realitas terus bergerak secara dinamis. Muktamar KAMMI mengantarkan kita pada pertanyaan kritis: mampukah KAMMI menampilkan dirinya secara berdaulat? Insya Allah, tentu harapan itu masih terus ada dengan catatan Muktamar mampu menegaskan posisi sejatinya: KAMMI adalah organisasi yang berdaulat atas dirinya sendiri.

'Ala kulli hal, saya mengucapkan: Selamat bermuktamar, KAMMI. semoga tetap menjadi gerakan yang idealis mewujudkan masyarakat Indonesia yang Islami.

Read More..

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

KAMMI

Pengikut

Waktu Shalat Tegal

 

Template by NdyTeeN